Sejarah Sepak Bola Kuno
Tidak banyak orang yang tahu secara pasti dari mana asal sepak bola seperti yang kita kenal pada zaman sekarang. Banyak bangsa di dunia yang menklaim sebagai asal sepak bola yang asli. Permainan bola telah ada dan dimainkan oleh orang sejak dari zaman prasejarah. Permainan dalam berbagai versi dari berbagai belahan dunia memang benar2 eksis menurut catatan sejarah sejak ribuan tahun sebelum masehi, yang dapat di buktikan dengan penemuan-penemuan artefak, catatan kuno atau peninggalan sejarah lain seperti pertandingan. Beberapa peneliti memperkirakan, bahwa permainan melempar dan menendang bola dari tengkorak binatang atau batu telah ada pada zaman prasejarah. Masih ada beberapa versi permainan dari zaman dahulu yang tetap di mainkan sampai sekarang.
Penemuan-penemuan yang ada membuktikan bahwa permainan sepak bola sejak lama telah sangat digemari dan menjadi bagian dari kehidupan sosial dan budaya penduduk setempat. Tidak jauh beda dengan pada masa sekarang. Hanya saja kalau pada masa lalu, permainan bola lebih merupakan sebagai semacam ritual upacara paganisme atau dari bagian suatu perayaan dan festival dibandingkan sebagai olahraga atau permainan yang merakyat. Di Cina dan Romawi, permainan bola juga di gunakan sebagai bagian dari latihan militer.
Sedangkan jika pada masa sekarang kita berbicara tentang sepak bola, maka kita berbicara tentang suatu permainan yang menarik, permainan yang universal dan dapat dimainkan oleh siapa saja dari bangsa mana pun di dunia tanpa mengenal batasan ras, budaya, agama atau jenis kelamin. Semua orang pada masa sekarang memainkan permainan sepak bola yang sama. Boleh jadi ini merupakan hasil evaluasi dan perkembangan serta penyempurnaan dari permainan bola kuno yang telah berjalan selama ribuan tahun.
1. Sejarah Sepak Bola di Timur Jauh Tsu Chu (Cina)
Sejarah telah membuktikan, bahwa sebuah permainan bola sepak bola yang disebut tsu chu (di eja sebagai 'Cuju') telah di kena luas dalam sejarah Cina kuno sekitar 2500 SM. Tsu dapat diartikan sebagai menendang bola dengan kaki, sedangkan chu kurang lebih berarti bola yang terbuat dari kulit. Berdasarkan catatan yang ada, tsu chu biasa nya di mainkan untuk memperingati ulang tahun Kaisar. Bola yang digunakan dalam permainan ini terbuat dari kulit binatang yang di isi rambut, disebut Zuqui. Sasaran utama nya adalah berusaha menendang dan memasukkan bola ke dalam lubang jaring yang didirikan pada dua buah bola tongkat bambu, tidak boleh menggunakan tangan dan di mainkan di lapangan yang di kelilingi tembok. Tinggi jaring ini kurang lebih sekitar 9-10 meter di tas tanah dengan diameter kurang lebih hanya 30-40 cm. Melihat hal ini, dapat di pastikan bahawa permainan tsu chu sangat menantang dan sulit untuk dimainkan serta memerlukan skill yang tinggi dari permainannya.
Permainan Tsu Chu pada zaman Modern |
Menurut penulis Li You (55-135 M), bola melambangkan bukan yang amat sakral dan dua tim yang saling berhadapan melambangkan Yin serta Yang. Pada zaman dinasti Tsin (255-206 SM), tsu chu digunakan untuk melatih fisik para prajurit kerajaan. Pada masa dinasti Han (206 SM-220 M), tsu chu telah semakin merakyat dan semakin banyak dimainkan. Sebuah kitab yang menulis tentang siasat dan strategi perang pada zaman itu telah menyebut tentang tsu chu sebagai sarana melatih fisik para prajurit. Pada masa ini, aturan baku yang pertama telah ditetapkan. Permainan ini telah mengenal wasit sebagai pemimpin pertandingan. Peraturan permainan pada masa ini mempertemukan dua tim yang masing-masing terdiri dari dari 12 orang. Setiap tim mempertahankan 6 gawang, yang masing-masing di jaga oleh satu penjaga gawang. Tim yang lebih dulu berhasil memasukkan bola ke dalam semua gawang lawannya dinyatakan sebagai pemenang. Sama seperti sepak bola modern, seorang pemain boleh memakai semua anggota tubuh nya selain tangan. Tampaknya inilah permainan sepak bola pada masa lalu yang paling mirip dengan permainan pada masa sekarang.
Tsu Chu zaman Dinasti Han |
Legenda Cina menyebutkan, bahwa Liu Bang, pendiri dinasti Han adalah penggemar berat permainan ini. Dia sangat menikmati tsu chu ketika berkunjung ke salah satu kota dan merasa sangat kehilangna ketika haruuus kembali ke isatana kaisar. Sehingga akhir nya putra Liu Bang, yaitu sang Kaisar berkenan membuat lapangan di lingkungan istana dan mengundang pemain-pemain tsu chu terbaik dari seluruh negri. Kaisar Wu Di (156-87 SM) dari dinasti Han juga adalah penggemar berat tsu chu. Setelah pulang dari ekspedisi menaklukkan asia tengah, kaisar Wu Di memerintshksn semua pemain bola terbaik untuk pindah ke ibukota supaya dapat menyaksikan merka bermain di istana, dan seringkali kaisar juga ikut serta dalam permainan.
Pada zaman dinasti Tang (618-907 M) bola yang di gunakan telah berisi udara, menggantikan bola padat. Pada masa ini, tsu chu juga banyak dimainkan oleh wanita. Popularitas tsu chu berlangsung terus sampai zaman dinasti Qing (1644-1911), dimana pada saat itu pengaruh sepak bola dari barat telah semakin meluas. Saat ini tsu chu masih dimainkan sebagai bagian dari pertunjukan atau atraksi kebudayaan.
Kemari (Jepang)
Antara 300-600 M, permainan sepak bola telah berkembang di Jepang yang di sebut Kemari. Permainan ini mengadopsi tsu chu dari China, yang di bawa oleh para pedagang dan pelajar Jepang yang mengunjungi Cina. Ada satu catatan tentang pertandingan yang mempertemukan pemain tsu chu dari China melawan pemain kemari Jepang yang diadakan pada 50 M di Kyoto,Jepang. Jika memang betul demikian, maka inilah pertandingan sepak bola internasioanal tertua yang pernah diadakan.
Permainan ini dimainkan oleh dua tim yang terrdiri dari maksimal delapan orang pemain. Permainannya berlangsung cukup unik. Masing-masing tim berusaha menjaga supaya bola tidak sampai menyentuh tanah (Juggling) dan saling memberi keapda rekan satu tim yang lain. Bola tidak boleh jauh ke tanah, karena melambangkan matahari. Mitos yang ada pada saat itu bahwa jika bla sampai jatuh akan terjadi bencana kegelapan.
Bola yang digunakan dalam permainan terbuat dari kulit binatang biasa nya dari kulit rusa atau kuda dengan diameter kurang dar 8 sampai 10 inci, yang di sebut Mari. Kemari dimainkan di lapangan yang di sebut sebagai Kikutsubo. Kikutsubo merupakan satu lapangna berbentuk persegi dengan pohon yang di tanam sejajr di masing-masing sudut nya yang berfungsi sebagai batas lapangan. Pada masa itu, pohon-pohon ini biasa nya terdiri dari empat empat jenis tanaman yang berbeda, yaitu cherry, maple,willow dan pinus. Permainan berlangsung secara riuh dan semarak. Masing-masing pemain, yang di sebut Mariashi, saling berteriak kepada rekan setimnya ketika sedang mengendalikan bola atau permainan. Ketika hendak memberi bola kepada rekannya, seorang pemain akan berteriak 'ariyaaa!' atau 'ari!' yang berarti 'Ini dia' !'. Dalam permainan ini, seorang pemain tidak di perbolehkan menjegal ataupun melukai lawannya. Permainan kemari lebih bersifat menghibur atau menonjolkaan keterampilan pemainnya, dan tidak begitu mengutamakan kompetisi atau pertandingan untuk mencetak angka.
Masa keemasan kemari adalah sekitar abad ke 10 sampai abad ke 16. Saat itu, permainan ini telah semakin populer dan banyak dimainkan oleh rakyat di seluruh negeri. Banyak puisi ataupun karya satra yang menceritakan tentang permainan ini. Ada cerita menarik tentang seorang kaisar Jepang yang ikut memainkan kemari, yang mampu memainkan bola di udara selama lebih dari 1000 kali tendangan dengan bantuan rekan satu timnya. Puisi yang ditulis pada masa itu menceritakan, bahwa bola seakan-akan 'menggantung di langit, enggan untuk turun ke bumi'.
Pada abad ke 13 sampai 14, kemari menjadi semakin semarak dan hidup dengan di gunakan nya perlengkapan seperti seragam atau kostum berlengan panjang berwarna-warni yang di sebut kariginu. Sama seperti tsu chu di Cina, sampai saat ini kemari masih dimainkan oleh merka yang ingin mempertahankan tradisi dan kebudayaan lama, juga dimainkan sebagai bagian dari perayaan festival dan atraksi untuk wisatawan.
Permainan Kemari di kuil Tanzan, Sakurai, Jepang |
2. Sejarah Sepak Bola di Mediterania Mesir Kuno
Penemuan-penemuan artefak dari makanan-makanan Mesir kuni oleh para arkeolog yang di perkirakan berasal dari sekitar 2500 SM menunjukan, bahwa permainan semacam bola sepak telah ada dan di mainkan di wilayah tersebut. Satu penemuan yan menunjukkan hal ini adlah sebuah bola dari kain linen yang ditemukan di sebuah makam. Selain dari kain, bola juga dibuat dari urat dan otot hewan yang di bungkus kulit kijang. Bahan ini dipilih supaya bola bisa memantul dengan lebih baik.
Sangat sedikit yang bisa di ketahui tenyang permainan sepak bola pada masa Mesir kuno karena tidak banyak catatan atau bukti artefak yang bisa ditemukan. Para ahli sejarah memperkirakan bahwa pada saat ritual semacam permainan sepak bola. Sebuah bola yang berisi bibit tanaman dan di bungkus kain linen berwarna-warni ditendang dan dipermainkan di area penanaman untuk mendapatkan hasil panen yang baik .
Episkyros (Yunani)
Rakyat Yunani pada sekitar 2000 SM telan memainkan permainan sepak bola yang di sebut dengan epskyros atau juga dikenal sebagai phaininda, seperti yang pernah disebutkan oleh peulis drama Yunani,Antiphanes (388-311 SM). Banyak relief-relief di antara nya sebuah relief marmer dari Museum Arkeologi Athena seperti dalam gambar berikut ini, yang menggambarkan rakyat Yunani pada masa itu memainkan episkyros dalam keadaan telanjang. Bola yang diguanakan di sebut Follis. Follis pertama kali terbuat dari kain dan rambut yabg d jahit rapi. Untuk memperbaiki kualitas bola,terutama supaya bola dapat memantul dengan lebih baik, pada perkembangan berikutnya bola di buat dari kandung kemih babi yang diisi udara dan di bungkus kulit babi atau kijang. Teknik pembuatan bola yang lain adalah dengan menggunakan spons yang dibungkus kain dan benang.
Harpastum (Romawi)
Harpastum yang berarti permaian bola kecil, diadopsi dari permainan episkyros oleh bangsa Romawi. Kapan pastinya harspastum mulai dimainkan di Romawi, tidak ada yang tahu. Tetapi, jika mengingat bahwa Yunani ditaklukan oleh Romawi pada 146 SM, maka diperkirakan tidak lama setelah itu permainan ini di kenal di Romawi. Harpastum populer selama kurang lebih 700 sampai 800 tahun. Bola yang digunakan relatif lebih kecil, padat dan keras jika dibandingkan dengan Follis.
Peraturan baku yang lebih terperinci dari harpastum tidak banyak dikenal. Tetapi, dapat di ketahui, bahwa harpastum dimainkan oleh dua tim yang terdiri dari 5 sampai 12 pemain, di sebuah lapangan berbentuk persegi dengan garis pembatas di tepi lapangan dan di bagi dua sama luas oleh sebuah garis tengah. Masing-masing tim berusaha mempertahankan bola supaya tetap berada di sisi lapangan mereka dan lawannya akan berusaha mencuri bola dan membawa ke sisi lapangan mereka sendiri. Peraturan penting dalam harpastum adalah bahwa hanya pemain yang memegang bola saja yang boleh di tacle. Jadi masing-masing pemain akan berusaha untuk memgang bola selama mungkin, dan ketika lawan berusaha melindungi atau memberikan bola dengan tangan, sehingga mirip dengan permainan rugby. Pertandingan sering kali berlangsung dengan keras sehingga tidak jarang seorang pemain jatuh pingsan atau terluka parah di lapangan.
Julia Caesar diketahui sebagai seorang penggemar harpastum dan di perkirakan juga sering ikut bertanding sebagai pemain. Harpastum juga digunakan untuk melatih para prajurit. Ada juga satu kisah seputar harpastum yang di ceritakan oleh Cicero, seorang penulis Romawi. Suatu ketika bola yang di gunakan dalam permainan melayng ke dalam sebuah tempat cukur. Seorang pria malang yang sedang bercukur tewas karena leher nya tertusuk pisau cukur yang di hantam bola.
Harpastum yang berarti permaian bola kecil, diadopsi dari permainan episkyros oleh bangsa Romawi. Kapan pastinya harspastum mulai dimainkan di Romawi, tidak ada yang tahu. Tetapi, jika mengingat bahwa Yunani ditaklukan oleh Romawi pada 146 SM, maka diperkirakan tidak lama setelah itu permainan ini di kenal di Romawi. Harpastum populer selama kurang lebih 700 sampai 800 tahun. Bola yang digunakan relatif lebih kecil, padat dan keras jika dibandingkan dengan Follis.
Peraturan baku yang lebih terperinci dari harpastum tidak banyak dikenal. Tetapi, dapat di ketahui, bahwa harpastum dimainkan oleh dua tim yang terdiri dari 5 sampai 12 pemain, di sebuah lapangan berbentuk persegi dengan garis pembatas di tepi lapangan dan di bagi dua sama luas oleh sebuah garis tengah. Masing-masing tim berusaha mempertahankan bola supaya tetap berada di sisi lapangan mereka dan lawannya akan berusaha mencuri bola dan membawa ke sisi lapangan mereka sendiri. Peraturan penting dalam harpastum adalah bahwa hanya pemain yang memegang bola saja yang boleh di tacle. Jadi masing-masing pemain akan berusaha untuk memgang bola selama mungkin, dan ketika lawan berusaha melindungi atau memberikan bola dengan tangan, sehingga mirip dengan permainan rugby. Pertandingan sering kali berlangsung dengan keras sehingga tidak jarang seorang pemain jatuh pingsan atau terluka parah di lapangan.
Julia Caesar diketahui sebagai seorang penggemar harpastum dan di perkirakan juga sering ikut bertanding sebagai pemain. Harpastum juga digunakan untuk melatih para prajurit. Ada juga satu kisah seputar harpastum yang di ceritakan oleh Cicero, seorang penulis Romawi. Suatu ketika bola yang di gunakan dalam permainan melayng ke dalam sebuah tempat cukur. Seorang pria malang yang sedang bercukur tewas karena leher nya tertusuk pisau cukur yang di hantam bola.
3. Sejarah Sepak Bola di Amerika Pok-A-Tok ( Amerika Tengah )
Sejarawan berpendapat, bahwa permainan bola Pok-A-Tok telah di kenal sejak sekitar 3000 SM di Amerika Tengah. Lapangan permainan terakhir yang di temukan di Paso de la Armada, Meksiko di perkirakan berasal dari sekitar 1600 SM. Lapangan ini mempunyai bentuk memanjang dari sempit, mirip jalanan dengan ukuran panjang 80 meter, di kelillingi oleh tribun penonton yang ditinggikan.
Lapangan Chichen Itza, Mexico. |
Dari gambar-gambar yang di peroleh dari lukisan mural ataupun keramik, para arkeolog percaya bahwa Pok-A-Tok sangat serupa dengan Tlachtli, sebuah permainan yang didokumentasikan oleh penjajah Spanyol pada 1519 M. Lapangan Tlachtli berbentuk seperti huruf 'I', dengan dua dinding mieing sejajar yang disisipi tiga buah piringan batu. Pada perkembangan berikutnya, tiga buah piringan ini digantikan oleh satu cincin batu. Tinggi piringan atau cincin ini adalah kurang lebih 9 meter di atas tanah. Pemain mencetak angka dengan cara berusaha agar bola mengenai piringan atau memasukkan bola yang terbuat dari karet dan berdiameter 10-15 cm melalui cincin. Bola semacam ini bersifat elastis dan sulit di kontrol. Melihat hal ini, maka tidak begitu mengherankan jika melihat rata-rata pemain sepak bola modern zaman sekarang yang berasal dari Amerika Latin mempunyai skill individu dan kemampuan mengontrol bola yang sangat baik. Pemain hanya di perbolehkan menyentuh bola dengan siku, lutut atau pinggul sehingga pemain ini menjadi sangat sulit. Pihak yang berhasil mecetak angka biasanya juga sekaligus mengakhiri pertandingan.
Para peneliti sejarah yakin, bahwa permainan Pok-A-Tok merupakan suatu bagian integral dari kehidupan sosial, politik maupun keagamaan dari Mokaya, nenek moyang bangsa Olmec dan Maya. Level permainan pada masa ini bervariasi dari sekadar rekreasi atau permainan biasa sampai ke tingkat kompetisi paling tinggi, yang lebih merupakan suatu bentuk ritual di mana kapten tim yang kalah di hukum mati dan seluruh anggota timnya dikorbankan kepada dewa. Sebaliknya, pihak pemenang mendapat penghargaan yang tinggi dan dianggap sebagai pahlawan. Ada juga legenda bangsa Maya yang menceritakan versi sebaliknya. Konon, kapten dari tim pemenang justru menyerahkan kepala nya sendiri sebagai hadiah kepada tim yang kalah untuk kemudian dipenggal. Kapten tim pemenang tersebut dipercaya akan langsung menuju surga dan tidak perlu melalui 13 tempat pemberhentian menuju surga seperti yang diyakini oleh bangsa Maya.
Pada zaman Olmec (sekitar 1200 SM), seiring kali raja-raja atau para prajurit terbaik digambarkan sebagai atlet atau pemain bola dengan busana dan berbagai macam perlengkapannya. Pada masa itu, kedudukan para pemain bola terbaik disejajarkan dengan pahlawan dari bangsa Olmec.
Antara 900-250 SM, bangsa Maya mengadopsi permainan ini. Sedangkan bangsa Aztec memainkan permainan ini. Sedangkan bangsa Aztec memainkan Pok-A-Tok versi mereka sendiri pada 1200-1521 M. Sangat sedikit kemiripan permainan ini dengan sepak bola modern. Permainan bisa dikatakan lebih mirip basket atau voli pada zaman sekarang sehingga sering dianggap bukan bagian dari sejarah perkembangan sepak bola. Yang jelas ini telah membuktikan bahwa permainan bola pada zaman ini telah sangat populer dan digemari.
Pasuckuakohog (Amerika Utara)
Suku Indian di Amerika Utara mempunyai permainan sepak bolaa yang di sebut Pasuckuakohog yang kurang lebih berarti 'mereka berkumpul untuk bersama-sama bermain bola.' Permainan ini berkembang pada awal 1600-an. Lebar gawang mencapai setengah mil, dengan panjang lapangan permainan satu mil. Satu tim yang bertanding terdiri dari sekurang-kurangnya 500 orang. Suasana pertandingan lebih mirip perang, sangat kasar dan penuh kekerasan. Masing-masing pemain memakai riasan dan aksesori perang. Pertandingan dapat berlangsung selama satu hari penuh, dan jika skor masih imbang akan dilanjutkan pada hari berikutnya.
Asqaqtuk (Kutub Utara)
Sedikit sekali yang dapat diketahui tentang asqaqtuk, selain bahwa permianan ini dimainkan di atas es oleh orang penduduk asli kutub utara. Permainan ini telah disebutkan dalam legenda atau mitos Inuit yang diceritakan turun-temurun selama ratusan tahun. Inuit adalah penduduk asli Greenland di kutub utara. Legenda Inuit ini menceritakan tentang roh orang mati yang melakukan permianan sepak bola abadi di alam arwah menggunakan kepala walrus sebagai bola.
Ada satu catatan mengenai pelaut dan penjelajah Inggris yang bernama John Davis. Pada 1586 kapal John Davis mendarat di Greenland. Dia dan anak buah nya di undang untuk turut serta dalam permainan bola yang diadakan penduduk Inuit setempat. Permainan ini dimulai dengan pemain dari kedua tim berdiri saling berhadapan di dua garis sejajar. Kemudian masing-masing tim berusaha menendang bola melintasi garis lawannya untuk mencetak angka.
Konon, permainan ini melibatkan tim dari dua desa dengan jarak antar gawang sangat bervariasi ukurannya bahkan bisa mencapai 10 mil. Bola yang digunakan terbuat dari rambut serta kulit ruas kutub.
The Rise of an Ancient Greek Mythology, Themed & Cute
ReplyDeleteIn ancient Greek mythology, the 밀양 출장안마 World Tree is a 속초 출장샵 gargantuan 제천 출장안마 living ash tree that cradles the nine realms of Olympus. It's 공주 출장마사지 home to nine 청주 출장마사지